Arsip pemugaran Borobudur diajukan jadi Memory of the World

Restorasi Candi Borobudur pada tahun 1973-1983 meninggalkan dokumen atau arsip yang menyimpan informasi penting tentang sejarah pelestarian Candi Borobudur.

Arsip restorasi candi di Magelang, Jawa Tengah itu, yang saat ini masih ada, perlu dijaga keutuhannya. Arsip-arsip tersebut antara lain dokumentasi lengkap yang berisikan 70 ribu foto pemugaran, 13 ribu slide foto, rol film, gambar berskala, hingga daftar absensi pekerja yang terlibat dalam pemugaran selama 10 tahun itu.

Keberadaan arsip yang mengandung nilai sejarah yang tinggi perlu diinformasikan secara luas dan bertahap kepada masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat mengenai tempat suci umat Buddha tersebut semakin bertambah.

Untuk itulah arsip-arsip tersebut dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta, pada 10-15 Oktober 2017. Pameran tersebut bertajuk “Melestarikan Dokumen Sejarah Pemugaran Candi Borobudur sebagai Memory of the World”.

Sesuai tema, arsip pemugaran itu tengah diajukan untuk menjadi Memory of the World (MoW) ke Badan Pendidikan, Kebudayaan, dan Kebudayaan PBB (Unesco). MoW merupakan pengakuan PBB yang diincar, setelah sebelumnya candi tersebut menjadi World Heritage Convention (CWH) atau Warisan Budaya Dunia.

Arsip-arsip Indonesia yang saat ini telah berstastus sebagai Memory of The World antara lain arsip Babad Diponegoro, sastra Bugis La Galigo, arsip Konferensi Asia Afrika, dan arsip VOC.

Pengajuan arsip Borobudur telah dilakukan pada 2016 dan sidang penetapan status MoW akan dilakukan di Prancis pada akhir Oktober atau awal November 2017.

Jika lolos, dokumen itu akan menjadi bagian sejarah kolektif dunia. Status tersebut juga akan membuat Unesco membantu proses pelestarian dokumen, memberi dunia akses kepada arsip-arsip tersebut, dan meningkatkan kesadaran akan signifikansi dan keberadaan dokumen-dokumen itu.

“Untuk mengajukan arsip tersebut diperlukan beberapa dokumen pendukung yang autentik, bukan tiruan. Selain itu, arsip tersebut harus memiliki nilai ingatan dunia,” kata Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo, saat ditemui di Museum Nasional, Selasa (10/10/2017).

Candi Borobudur pernah mengalami beberapa kali pemugaran baik skala kecil maupun besar. Akan tetapi sebagian besar pengunjung menyangka candi yang dibangun pada abad ke-9 itu ditemukan pertama kali sudah dalam keadaan utuh.

Pameran seperti ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada masyarakat umum bahwa dibutuhkan kerja keras untuk merestorasi candi yang ditemukan pertama kali pada tahun 1814, saat Inggris, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, menjajah Nusantara.

Arsip, foto, gambar, film, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan proses renovasi Candi Borobudur dipamerkan dalam empat ruangan di Museum Nasional.

Soal penemuan Candi Borobudur pada masa Raffles bisa dilihat di ruang pertama. Ruangan kedua memajang bukti-bukti pemugaran kedua pada 1973-1983. Ada juga beberapa foto pemugaran pertama yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda oleh Theodore van Erp.

Di ruangan lain terdapat sketsa lukisan pertama Candi Borobudur yang dicetak dalam buku “Boro-Boedoer, Het Eiland Java” karya FC Wilsen, JFG Brumund, dan C Leemans pada 1873.

Para pengunjung juga bisa menyaksikan film dokumenter restorasi Candi Borobudur, juga candi tersebut pasca-letusan Gunung Merapi tahun 2010.

Mengembangkan aplikasi web

Selain mengajukan sebagai Memory of the World, Balai Konservasi Borobudur juga tengah berupaya menyampaikan informasi mengenai candi tersebut melalui berbagai cara kepada masyarakat.

Sarana penyampaian informasi tersebut akan berupa buku, versi web–Borobudurpedia.id–, hingga aplikasi Android yang dalam waktu dekat bisa diunduh melalui Google PlayStore.

Marsis menjelaskan, saat ini banyak orang yang menuliskan segala hal tentang Borobudur menurut versi mereka masing-masing. Cerita-cerita itu lalu disebar melalui media sosial, terutama Facebook. Sayangnya, versi yang diceritakan itu banyak yang tidak sesuai dengan sejarah sesungguhnya.

Oleh karena itulah penyampaian informasi melalui berbagai media menjadi amat penting, “Sehingga Borobudur bisa dilihat dari berbagai sisi tapi ini informasi kami dari yang berwenang jadi informasi yang benar,” kata Marsis.

Situs dan aplikasi tersebut dikelola oleh para ahli di bidangnya. Pembaca juga bisa aktif memberi informasi seperti yang dilakukan di Wikipedia.

“Jadi, pembaca bisa memberi info atau masukan tentang Candi Borobudur dan informasinya akan disusun secara alfabet A-Z,” ujar Marsis. “Jadi yang tiap masuk ke dalam web ataupun versi Android dapat juga menjadi kontributor dengan ikut mengirimkan masukkan berbagai informasi tentang Candi Borobudur.”

Oleh : Ivan JDD

Sumber: https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/arsip-pemugaran-candi-borobudur-diajukan-jadi-memory-of-the-world