Ponorogo – Reog Ponorogo diupayakan jadi salah satu warisan budaya United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco). Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni tengah berupaya memasukkan reog jadi salah satu warisan budaya bernilai tak benda masuk Unesco.
“Katanya sudah lama daftarnya, sejak 2010. Karena tidak ada kabar, saya coba usulkan lagi tahun 2016 kemarin itupun baru direspon tahun 2017 ini,” tutur Ipong saat dihubungi detikcom, Selasa (26/12/2017).
Namun sayang, reog baru bisa disidangkan Unesco pada tahun 2020 mendatang. “Karena menangani seluruh dunia, jadi harus antre lama. Bahkan keris dulu ngurusnya butuh waktu hampir 12 tahun,” terang Ipong.
Ditanya terkait kesulitan saat mendaftarkan reog, Ipong mengaku tak ada kesulitan. Namun memang secara teknis butuh waktu lama karena antre.
Kemarin saat pendaftaran yang dibutuhkan mulai dari sejarah, lalu penjelasan mengenai reog sendiri, apa itu reog dan lain sebagainya. “Termasuk dimainkan oleh siapa saja, banyak yang dipersiapkan,” jelas Ipong.
Sementara itu, peneliti kesenian reog, Ridho Kurnianto mengatakan, pendaftaran reog ke Unesco masih langkah awal. “Baru presentasi sekali di Jakarta kapan hari, itu pertama kali kebetulan saya yang presentasi,” tambahnya.
Menurutnya, reog memang pantas masuk warisan budaya tak benda karena memiliki nilai unggul sekaligus ada makna yang bisa diturunkan untuk membangun peradaban.
“Apalagi dukungan masyarakat Ponorogo yang menyatu dengan seni reog memang jadi nilai tambah,” pungkas Ridho.
Oleh: Charoline Pebrianti
Sumberb berita dan gambar fitur: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3785604/reog-ponorogo-berjuang-jadi-warisan-budaya-unesco