Palembang, Gatra.com – Provinsi Sumatera Selatan (Sumsul) diusulkan menjadi tuan rumah pertemuan para peneliti biosfer dunia. Pengusulan ini seiring dengan diajukannya kawasan Taman Nasional (TN) Sembilang-Berbak, Suaka Margasatwa (SM) Dangku dan sekitarnya menjadi kawasan biosfer dunia ke-12 tahun ini.
Executive Direktur The Indonesian Man and the Biosphere (MAB) Programme National, Purwanto menyampaikan, pengajuan kawasan Taman Nasional Sembilang-Berbak dan kawasan konservasi Dangku telah dilakukan sejak dua tahun terakhir kepada The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
UNESCO baru akan mengumumkan usulan tersebut pada Februari nanti dan penetapannya akan dilakukan pada sidang tahunan organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan pada Perserikat Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.
Pengusulan taman nasional di Sumsel inipun sejalan dengan mengajukan Sumsel sebagai tuan rumah konfrensi para peneliti biosfer dunia. “Melalui Komite Nasional Program MAB UNESCO Indonesia sudah mengajukan Berbak-Sembilang dengan koor area konservasi lainnya sebagai kawasan biosfer dunia,” katanya.
“Hasilnya baru bisa diketahui saat sidang [konferensi] yang harapannya bisa diselenggarakan di Sumsel,” katanya usai melakukan kunjungan bersama Gubernur Sumsel, Alex Noerdin di Griya Agung, Jumat (26/1).
Jika Sumsel berhasil ditunjuk sebagai tuan rumah, maka akan menjadi provinsi pertama di kawasan Asia Tenggara atau yang kedua di Asia yang menjadi tuan rumah konferensi para peneliti biosfer dunia. “Jika sudah ditetapkan, maka peserta konferensi akan melakukan kunjungan di dua kawasan tersebut,” katanya.
Purwanto menjelaskan, ada berbagai keuntungan jika kawasan TN Sembilang dan sekitarnya ditetapkan sebagai biosfer dunia, di antaranya mampu meningkatkan nilai dan upaya konservasi di kawasan tersebut. Penetapan juga akan turut menjaga dan melindungi wilayah tersebut sebagai kawasan penting.
“Bisa banyak upaya konservasi melindungi kawasan tersebut. Tidak hanya konservasi, juga kegiatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat guna menjaga kawasan tersebut,” ungkapnya.
Saat ini, Indonesia memiliki 11 kawasan yang ditetapkan sebagai bisofer dunia, di antaranya Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Bromo, Taman Nasional Siberuet, hingga Taman Nasional Wakatobi. Pada 2018, selain Taman Nasional Berbak Sembilang, diajukan dua taman nasional lainnya, yakni Taman Nasional Rinjani dan Taman Nasional Betung Kerihun di Kapus.
“Secara kawasan biosfer dunia, tahun ini ada tiga kawasan yang diajukan dan akan ditetapkan pada konfrensi tahun nanti, 23-28 Juni nanti, sekaligus kunjungan ke kawasan tersebut,” katanya.
Sementara Gubernur Alex Noerdin menyambut baik pengusulan Sumsel sebagai tuan rumah pertemuan lingkungan tersebut. Penetapan kawasan itu juga akan membantu pemerintah daerah dalam menjaga kelestarian kawasan konservasi di sana.
“Penetapan internasional akan makin menjadikan kawasan tersebut terlindungi. Ini sesuai dengan visi pemerintah menetapkan Sumsel Go Green,” katanya.
Reporter: Tasmalinda
Editor: Iwan sutiawan