Jakarta, HanTer – Desainer Tenun, Anna Mariana membawa dua penenun wanita dari Bali yakni Ketut Puriani dan Wayan Ceprit untuk tampil di acara Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, pada Sabtu, 11 Maret 2017.
“Ini untuk memperlihatkan kepada penonton, proses menenun tidak mudah. Harus bisa membuat singkronisasi gerakan kaki dan kedua tangan yang memegang alat tenun. Butuh kemauan, kerja keras juga keahlian khusus,” kata Anna Mariana didampingi Nyoman Sudire (pengusaha dan pembina) dan Agung Tirta Rai (designer tenun).
Selembar kain Tenun dan Songket yang cantik, diolah dengan durasi kerja yang panjang, bahkan sampai berbulan-bulan. “Paling cepat satu bulan, paling lama enam bulan atau bahkan bisa sampai setahun. Di hasil kerja itu terdapat identitas bangsa yang perlu terus menerus dilestarikan,” tuturnya.
Wanita kelahiran 1 Januari 1960 ini mendapat kesempatan sepanjang 20 menit untuk tampil secara live, dimanfaatkan Anna untuk menjelaskan proses kreatif Tenun dan Songket yang sedang diperjuangkannya untuk bisa diterima UNESCO sama seperti posisi kain Batik, yang dimasukan dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).
“Kami sedang memperjuangkan itu. Kami juga memperjuangkan agar ada hari pemakaian Tenun di instansi pemerintah maupun swasta. Semoga Pemerintah Indonesia melihat dan membantu, karena upaya kami ini adalah dalam rangka pelestarian budaya bangsa,” terangnya.
(Romi)