Langkah Panjang Mengajukan Warisan Budaya Dunia

Alur proses pengajuan warisan budaya tak benda ke UNESCO (Sumber: CNN Indonesia)

Jakarta, CNN Indonesia — Mengajukan sebuah hasil kebudayaan menjadi warisan budaya dunia versi UNESCO ternyata bukan perkara singkat. Butuh bertahun-tahun persiapan dan penilaian hingga akhirnya ditetapkan, begitu pula yang terjadi pada pantun.

Indonesia dan Malaysia sudah resmi mengajukan pantun sebagai warisan budaya takbenda UNESCO dengan mengirim dossier atau dokumen pada 31 Maret lalu. Namun dokumen tersebut ternyata disusun bukan dalam waktu semalam.

Lien Dwiari Ratnawati, Kasubdit Warisan Budaya dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu, mengisahkan jalan panjang hingga pantun akhirnya diusulkan ke UNESCO.

“Sebenarnya tahun lalu sudah dilakukan seleksi nominasi, ada beberapa pilihan, yaitu pantun, pencak silat, penanggalan tradisional, dan tarian lariangi dari Wakatobi,” kata Lien.

“Setelah dinilai oleh tim penilai, pencak silat adalah yang paling siap sehingga akan diajukan pada 2019. Namun, kami melihat ada peluang mengajukan secara multinasional setiap tahun, dan Asosiasi Tradisi Lisan dan Pemda Riau menggagas ini kepada kami, sehingga kami dukung,” paparnya.

Lien menjelaskan, pada mulanya, UNESCO mengizinkan setiap negara mengajukan kebudayaan mereka tanpa batasan per tahunnya. China diakui Lien pernah mengajukan banyak nomine budaya dalam satu tahun.

Namun, kebutuhan dana untuk mengajukan disebut Lien menjadi kendala bagi negara tertentu dalam mengirim hasil budaya untuk jadi daftar warisan dunia.

Dana tersebut dibutuhkan untuk riset dan kajian yang dapat memakan waktu bertahun-tahun, itu belum termasuk membuat serentetan dokumen penguat.

Kemudian, UNESCO memutuskan setiap negara hanya dapat mengajukan setiap dua tahun sekali namun bila diajukan secara multinasional dapat dilakukan setiap tahun.

Dan berdasarkan pertimbangan seleksi dan kondisi keuangan, Kemendikbud menetapkan target pengajuan budaya Indonesia yaitu kapal pinisi pada 2017 dan pencak silat pada 2019.

Lantaran dapat mengajukan budaya berdasarkan jalur multinasional di antara dua tahun rentang jalur per negara, maka pantun dipilih untuk 2018 bersama dengan Malaysia.

Proses perjalanan pantun dan produk kebudayaan lain pun dijabarkan Lien tidaklah singkat. Setidaknya butuh satu tahun persiapan berupa penelitian dan kajian hingga akhirnya diajukan ke Pemerintah Daerah tempat kebudayaan tersebut berada.

Pengajuan tersebut dilakukan oleh komunitas yang terkait dengan kebudayaan itu. Pemda kemudian mengajukan ke pemerintah pusat untuk ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia, bila lolos pengujian.

Ketika semua dokumen sudah siap dan diajukan ke UNESCO, maka tim badan PBB itu akan mengevaluasi dan menetapkan status pengajuan tersebut.

Untuk pantun, pada Februari lalu Indonesia mengisiasi pengajuan melalui nominasi multinasional dengan mengundang Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand.

Namun lantaran sempitnya waktu persiapan, hanya Malaysia yang menyatakan kesanggupan diri bersama Indonesia mengusung pantun menjadi warisan dunia.

“Kami menyambut baik pengajuan warisan budaya ini. Dari Februari dengan proses yang sangat singkat kami mengumpulkan berbagai data dengan ‘mati-matian’,” kata Director General of Department National Heritage Malaysia Zainah Ibrahim.

Setalah diajukan resmi pada 31 Maret lalu, kini Indonesia dan Malaysia menunggu tim UNESCO mengevaluasi pengajuan itu hingga akhirnya memutuskan pada 2018 mendatang.

Sumber: http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170414110730-241-207559/langkah-panjang-mengajukan-warisan-budaya-dunia/