Prof Tozu Ingin Tenun Ikat Jadi Warisan Budaya Dunia seperti Batik

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA – Seorang profesor asal Jepang gencar mengampanyekan kain tenun ikat. Sang profesor berharap, suatu saat tenun ikat bisa mendapatkan pengakuan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) sebagai warisan budaya milik Indonesia.

PROFESOR Masakatsu Tozu memang bukan warga negara Indonesia. Namun, sejak lama dosen di Universitas Kokushikan, Tokyo, itu telah jatuh cinta pada wastra atau kain Nusantara.

“Saya berusaha mengkampanyekan kain tenun ikat Indonesia di Jepang dengan berbagai pameran agar nantinya bisa diakui dunia sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia, sama seperti batik,” ungkap Prof Tozu kepada Tribunnews.com, di Shinjuku, Tokyo, Kamis (7/12) pekan lalu.

Dia mengungkapkan, dulu saat batik ingin diajukan ke UNESCO, banyak orang Indonesia merasa tidak yakin. “Wah gak mungkin bisa kali ya. Begitu kira-kira suara beberapa orang Indoensia kepada saya, tak punya kepercayaan diri batik Indonesia bisa jadi warisan budaya dunia milik Indonesia,” ujar Tozu.

Namun setelah batik dikukuhkan jadi warisan budaya dunia dari Indonesia, kata Tozu, banyak orang terbelalak matanya, termasuk Malaysia agak kesal dengan Indonesia.

“Dulu Malaysia tampaknya juga ingin menjadikan batik sebagai milik mereka. Tetapi setelah diakui UNESCO akhirnya mereka menyadari sendiri batik milik Indonesia bukan milik Malaysia. Adapun orang Jepang dari dulu juga tahu dan sadar kalau batik ya memang dari Indonesia, bukan dari negara lain,” katanya.

UNESCO mengumumkan dan mengukuhkan batik sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia pada 2 Oktober 2009. Proses pengukuhan batik Indonesia cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada tanggal 9 Januari 2009.

Tahap selanjutnya adalah pengujian tertutup oleh UNESCO di Paris pada tanggal 11-14 Mei 2009 yang kemudian diputus dan dikukuhkan 2 Oktober 2009.

“Sebelum diputuskan, tahun 2008 saya juga telah membuat buku batik yang tebal bersama berbagai pihak di Jepang sehingga buku tersebut mungkin jadi pertimbangan pula bagi UNESCO mengukuhkan batik milik Indonesia,” kata Tozu sambil menunjukkan buku setebal kira-kira dua sentimeter tersebut.

Buku tersebut juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris agar semakin banyak kalangan internasional mengenal batik Indonesia lebih lanjut. Tozu kini gencar mempromosikan tenun ikat agar bisa menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia.

“Kita coba galang kekuatan dan promosikan di Jepang serta saya juga bicara dengan beberapa orang Indonesia agar tenun ikat Indonesia diregistrasi ke UNESCO juga,” kata dia.

Batik memang hebat sudah terdaftar sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia. Namun tenun ikat, menurut Tozu, jauh lebih hebat lagi. “Di dunia tenun ikat itu bersumber dari tiga negara, yaitu Indonesia, India, dan Jepang. Namun teknologi tenun ikat itu aslinya dari Indonesia, lalu masuk ke Jepang lewat Okinawa. Jadi pantaslah kalau bangsa Indonesia mendaftarkan tenun ikatnya ke warisan budaya dunia UNESCO sebenarnya,” ungkapnya.

Dia menambahkan, banyak orang Jepang juga tahu kalau teknologi pembuatan tenun ikat itu sebenarnya dari Indonesia, bukan dari Jepang. “Tenun ikat masuk (ke Jepang) melalui Okinawa, lalu menyebar di berbagai tempat di Jepang,” katanya. (Tribunnews/Richard Susilo)

Editor: Catur waskito Edy

Sumber gambar fitur: http://www.tribunnews.com/internasional/2017/12/08/profesor-jepang-kampanyekan-kain-tenun-ikat-indonesia-agar-jadi-warisan-budaya-dunia

Sumber: http://jateng.tribunnews.com/2017/12/12/prof-tozu-ingin-tenun-ikat-jadi-warisan-budaya-dunia-seperti-batik