Lukisan Tari Legong Terpampang di UNESCO

PEMBUKAAN Pesta Kesenian Bali (PKB) di Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar beberapa waktu lalu, menyisakan sebuah cerita manis terhadap perjalanan kesenian Bali di mata dunia. Di mana, setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipimpin oleh Anies Bawesdan memberikan sertifikat Warisan Budaya Dunia Tak Benda terhadap sembilan tari Bali yang ditetapkan UNESCO, kemudian dalam waktu yang bersamaan, Sang Maestro Nyoman Gunarsa bersama Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyerahkan lukisan bertema Tari Legong ke Mendikbud, Anies Bawesdan.

“Nanti lukisan Tari Legong yang berukuran 1 x 45, 1×45 itu akan dikirim oleh Mendikbud ke UNESCO untuk dipajang,” demikian yang disampaikan Nyoman Gunarsa, Rabu (15/6). Gunarsa menceritakan, lukisan tersebut dibuat dan diberikan ke UNESCO atas nama masyarakat Bali.

Alasan dirinya mencari Tari Legong sebagai lukisan utamanya, karena Tari Legong dicatatnya sebagai tarian yang langka yakni sudah ada pada abad ke-15 atau sezaman dengan seni klasik di Kerajaan Gelgel, Klungkung dan ia memandang Tari Legong itu memiliki nilai etika, serta estetika.

“Nilai etika dalam tarian itu ialah memiliki sikap sopan dan santun saat ditarikan, sedangkan estetikanya memiliki penampilan yang cantik dan gaun yang indah,” ujarnya seraya menyatakan Tari Legong biasanya ditarikan di Istana Kerajaan.

Lebih lanjut diungkapkannya, bahwa Tari Legong ini sangat sulit ditarikan, karena semua agem tarian Bali ada di Tari Legong ini. Kalau semua orang sudah bisa menarikan Tari Legong, kata Gunarsa, mereka pasti sudah bisa menarikan segala jenis tarian di Bali.

Dalam lukisan yang digores oleh bahan cat minyak tersebut, digambarkan ada dua penari putri remaja yang sedang menarikan Tari Legong, dengan menampilkan wajah yang cantik dan gerakan yang lemah gemulai. “Saya lukis Tari Legong itu dengan memakan waktu tiga jam, namun mencari ide lukisannya sangatlah lama, karena harus mencari hari baik hingga suasana yang nyaman,” ungkapnya.

Walaupun Tari Bali diakuinya sudah menglobal di dunia, seperti New York, Jerman, Swiss, Belanda dan Belgia. Namun ia berharap besar kepada pelaku dunia pendidikan, agar Tari Legong ini dimasukkan ke dalam mata pelajaran muatan lokal. “Dinas Pendidikan harus mulai memikirkan pelestarian Tari Legong sebagai muatan lokal,” harapnya.baw

Sumber: https://www.posbali.id/lukisan-tari-legong-terpampang-di-unesco/